EQ DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

EQ DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN
Dunia pendidikan saat ini sering di kritik oleh masyarakat yang disebabkan karena adanya sejumlah pelajar dan lulusan pendidikan tersebut menunjukkan sikap yang kurang terpuji. Perbuatan tidak terpuji yang dilakukan pelajar tersebut benar-benar telah meresahkan masyarakat dan merepotkan pihak aparat keamanan. Hal tersebut masih ditambah lagi dengan adanya peningkatan jumlah penganggur yang pada umumnya adalah tamatan pendidikan.
Diantara penyebab dunia pendidikan kurang mampu menghasilkan lulusan yang diharapkan adalah karena dunia pendidikan selama ini hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan, dan ketrampilan serta, tanpa diimbangi dengan membina kecerdasan emosional.
Oleh karena itu, kiranya pemimpin yang berkemampuan dalam dunia pendidikan harus memiliki kecerdasan emosional yang tinggi serta mengupayakan keselarasan dan keseimbangan dalam dunia pendidikan.

II. PERMASALAHAN
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan EQ khususnya dalam bidang kepemimpinan pendidikan Antara lain:
1. Kepemimpinan
2. Pengertian EQ
3. Fungsi EQ dalam kepemimpinan pendidikan
4. Karakteristik kepemimpinan EQ

III. PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencotohnya atau mengikutinya atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang melakukan apa yang dikehendakinya.
Ada tiga teori / pendekatan kepemimpinan yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku dan pendekatan situasional.
a. Pendekatan sifat
Banyak ahli yang berusaha meneliti dan mengemukakan pendapatnya mengenai sifat-sifat baik manakah yang diperlukan bagi seorang pemimpin agar dapat sukses dalam kepemimpinannya meskipun telah banyak penelitian tentang sifat-sifat kepemimpinannya hingga kini para peneliti tidak berhasil menemukan satu atau sejumlah sifat yang dipakai sebagai ukuran untuk membedakan pemimpin dan bukan pemimpin. Ini menunjukkan bahwa hanya dengan menggunakan pendekatan sifat saja, masalah kepemimpinan tidak akan dapat dipahami dan dipecahkan secara baik.
b. Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku (behavior approach) merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan
c. Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan antara pribadi, tugas, kekurangan, sikap dan persepsi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin menurut H. Joseph Pertz (1981) meliputi: kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, harapan dan perilaku alasan, karakteristik harapan dan perilaku bahwahan dari harapan perilaku rekan. Faktor-faktor itu mempengaruhi pimpinan dan bahwahan secara timbal balik.

B. Pengertian EQ
Emosi merupakan istilah yang makna tepatnya masih membingungkan baik para ahli maupun ahli filsafat selama lebih dari 1 abad. Dalam makna yang paling harfiah Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai sikap kegiatan atau pengelolaan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi menunjuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khanya. Suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi merupakan sistem isyarat yang berfungsi sebagai alarm berupa informasi yang dibutuhkan dan mengarahkan keberbagai jalan keluar, aksi atau perubahan pada saat tertentu. Selanjutnya kecerdasan emosi adalah temperamen yang berlaku pada setiap orang jika tidak memperhatikan sistem isyarat.
Salah seorang untuk mempelopori kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah Bar-on. Seorang psikolog Israel yang menulis konsep ini dalam disertasinya pada 1980-an. Disertasi ini kemudian diteliti ulang dan dituangkan kembali dalam sebuah makalah yang tidak diterbitkan berjudul Bar-on, the Development or a concept and test of Psychological Wel-Being pada tahun 1992.
Dalam makalah tersebut Baron mengatakan bahwa emotional intelligence adalah serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan social yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungannya.
Peter Soloveiy dan Jack Mayer, pencipta istilah “kecerdasan emosional” menjelaskan sebagai “kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan inrelektual. Dengan kata lain EQ adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang rumit aspek pribadi, sosial dan pertahanan dari seluruh kecerdasan akal sehat yang penuh misteri dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari. Dalam bahasa sehari-hari kecerdasan emosional biasanya disebut sebagai steet smart (pintar) atau kemampuan khusus yang kita sebut “akal sehat”.

C. Fungsi EQ dalam kepemimpinan pendidikan
Kecerdasan emosional adalah kalimat yang sangat menarik yang dikemukakan oleh Patricia Patton, seorang konsultan profesional sekaligus penulis buku sebagai berikut: it took a heart, soul and brains to lead a people…dan kalimat tersebut diatas terlihat dengan jelas bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki perasaan, keutuhan jiwa dan kemampuan intelektual. Dengan kata lain “modal” yang harus dimiliki seorang pemimpin tidak hanya intelektualitas semata, namun harus didukung oleh kecerdasan emosional (emotional intelligence) komitmen pribadi dan integritas yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai tantangan.
Sering kali kegagalan dialami karena secara emosional seorang pemimpin tidak mau atau tidak dapat memahami dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga keputusan yang diambil bukanlah a heartfelt decision, yang mempertimbangkan martabat manusia, melainkan cenderung egois.
Seorang kepala sekolah misalnya, di dalam suatu lembaga mutlak memiliki EQ yang tinggi. Sebab tanpa kecerdasan emosional yang melekat pada dirinya, maka hubungan antara atasan dan bawahan tidak terjadi keharmonisan.
Apabila seorang kepala sekolah seorang pemarah, tentunya ia tidak akan disukai oleh seluruh warga sekolah. Ia akan menjadi pribadi yang selalu diingat oleh terutama para murid sebagai momok yang sangat menakutkan. Selain itu ia akan selalu berada dalam ancaman stres akibat ulahnya sendiri. Ini menimbulkan perasaan yang sangat tidak menyenangkan bagi pikiran dan tubuhnya.
Sebagai sebuah sistem yang kompleks, emosi memainkan peranan yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Karena demikian besarnya peranan yang dimainkannya, maka tidak mengherankan jika emosi menjadi begitu penting bagi kehidupan manusia. Ada beberapa alasan yang menjadikannya menjadi suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia:
1. Survival (kelangsungan hidup)
2. Decisian Making (Pengambilan Keputusan)
3. Boundariy Setting (Penentuan Batasan)
4. Communication (Komunikasi)
5. Utility (Kesatuan)
Adapun unsur-unsur kecakapan dalam EQ menurut Goleman sebagaimana yang diadopsi dari model yang dikembangkan oleh Salovey dan Mayer, mempunyai cakupan lima kemampuan dasar berikut, yaitu:
1. Self Awareness (Kesadaran Diri)
2. Self Regulation (Pengaturan diri)
3. Motivation (Motivasi)
4. Empati
5. Social Skill (Ketrampilan Sosial)

Sedangkan menurut teori Barn-on, EQ mempunyai lima belas kemampuan yang terbagi dalam lima bagian utama, yaitu:
1. Ketrampilan intra Pribadi
Ketrampilan ini mencakup kemampuan penyadaran diri, memahami emosi diri, dan mengungkapkan perasaan serta gagasan.
2. Ketrampilan Antar Pribadi
Kemampuan menyadari dan memahami perasaan orang lain, peduli kepada orang lain secara umum dan menjalin hubungan.
3. Adaptabilitas
Kemampuan menguji perasaan diri, kemampuan mengukur situasi sesaat secara teliti, mengubah perasaan dan pikiran diri dan menggunakannya untuk memecahkan masalah.
4. Strategi Pengelolaan Stress
Kemampuan mengatasi stres dan mengendalikan luapan emosi.
5. Hal-hal yang berkaitan dengan suasana hati dan emosi, yaitu kemampuan bersikap optimis, menikmati diri sendiri, menikmati kebersamaan dengan orang lain dan merasakan serta mengekspresikan kebahagiaan.

D. Karakteristik Kepemimpinan EQ
1. Penyingkapan Diri
Dapat berbagi perasaan merupakan pertanda kekuatan. Sebagian pemimpin pengekspresian perasaan merupakan tindakan negatif dan akan membatasi keefektifan. Adalah benar bahwa membuat pengakuan pribadi atau memberikan informasi yang dapat merugikan reputasi anda atau orang lain adalah tidak bijaksana. Ada orang yang selalu mencari kesempatan mendiskreditkan kesuksesan orang lain. Pengungkapan diri berarti mengetahui bagaimana mempresentasikan pandangan positif dan cerah. Orang yang dapat melakukan ini sering membuat lingkungan dimana orang lain merasa aman mengungkapkan perasaannya. Inilah awal persahabatan yang produktif dan menciptakan sistem pendukung, sinergi tim, kemitraan, produktivitas, dan pemecahan masalah. Sayangnya, banyak organisasi gagal mengembangkan lingkungan bersuasana bisnis yang harmonis, karena orang merasa tidak aman berbagi apa yang mereka pikirkan.
2. Wawasan
Mampu mengenali pola dalam emosi dan reaksi berarti dapat mengenai kecenderungan tertentu, baik positif atau negatif apa yang dirinya lakukan dengan pengetahuan ini akan menentukan tingkatan komitmen terhadap perubahan. Seringkali dirinya tidak menyadari cara menaklukkan diri saat menghadapi orang, khususnya ketika menghadapi situasi penuh emosi
3. Tanggung Jawab Pribadi
Memberikan wejangan yang memotivasi merupakan cara menaikkan potensi karyawan dan mengejawantahkan misi organisasi, bahkan jika tidak ada tindak lanjut pun, cara ini sebetulnya tidak mengurangi kekuasaan. Namun, pemimpin akan kehilangan kharisma jika tidak menepati janji karyawan dan pelanggaran tidak lagi bisa dibodohi dengan retolika dan kharisma mereka menginginkan tindakan.
4. Ekspresi
Pernyataan bukan apa yang anda katakan, tetapi bagaimana anda mengatakan bahwa sesuatu selalu diperhitungkan, memang benar adanya apa yang anda katakan bisa membuat perbedaan antar pribadi. Misalnya, jika memberitahu karyawan bahwa ia dipecat, apapun nada anda dalam mengucapkan kalimat ini, makannya masih sama, berbentuk ungkapan, derajat empati dan pertimbangan terhadap seseorang dapat membuat respon orang lain berbeda.
5. Pemegang Saham
Pemimpin dengan sikap pemegang saham memberikan karyawan peluang berbagi rasa dalam kesuksesan dan tantangan organisasi karyawan diberikan saham beban untuk merealisasikan misi perusahaan dan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Pemimpin dengan mental seperti ini tahu bagaimana apa yang mereka lakukan. Pemimpin dengan mental seperti ini tahu bagaimana mendetegasikan dan memberikan satu posisi dalam lingkungan semacam ini. Orang merasa memiliki perusahaan dan akan bekerja sebaik-baiknya.

IV. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa keberhasilan seseorang dalam memimpin tidak hanya ditentukan oleh IQ yang tinggi. Karena realitas yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit rang yang ber-IQ tinggi seringkali bertindak bodoh, yang berakibat membawanya menuju kegagalan. Atau bahkan kehancuran dan menjauhkan dirinya sendiri dari kesuksesan yang seharusnya berada dalam genggamannya hanya dikarenakan ia tidak berhasil mengatur dan memanfaatkan emosinya IQ dalam keberhasilan di dunia kerja hanya menempati posisi ke-2 sesudah kecerdasan emosional, dalam menentukan peraihan prestasi puncak dalam pekerjaan.
Pembinaan kecerdasan emosional merupakan bagian dari prestasi yang dimiliki manusia harus dilakukan oleh dunia pendidikan, sehingga para lulusan pendidikan dapat meraih kesuksesan dalam hidupnya.

V. PENUTUP
Demikianlah makalah ini penulis susun dengan segenap hati, kami yakin dalam makalah ini masih banyak sekali terdapat kesalahan dan kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan itu semua karena keterbatasan kami, oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua amin.


DAFTAR PUSTAKA
EQ Dalam Kepemimpinan Psikologi. com/wirausaha/eq. htm
Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah, Semarang Fakultas Tarbiyah dan PMDC, 2006.
Fatah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya Offset
Qoleman, Daniel, Emotional Intellegence, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999.
Vethzat, Rival, Kiat Memimpin Pada Abad ke-21 – 6D -.Cet, Jakarta: T Raja Grapindo, 2004, XXIV, 356, hlm. 23 cm ISBN 9797 – 421 - 2

0 Response to "EQ DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN"

Posting Komentar