Belajar Efektif

BAB I

A. Menjadi Mahasiswa Yang Unggul
Pertumbuhan ilmu di dunia barat berlangsung luar biasa capatnya sehingga negara-negara yang sedang berkembang dan para sarjananya terpontang-panting ketinggalan. Pertumbuhan ilmu itu hanya dapat diikuti para mahasiswa kalau mereka memperoleh pendidikan di perguruan tinggi yang lengkap perpustakaannya, menerima pengajaran dari dosen yang tinggi semangat ilmiahnya, sedang para mahasiswa sendiri melakukan studinya dengan sikap maju yang membara, kebiasaan akademik yang baik, dan keterampilan studi yang tepat.
Tetapi, sayang sekali sikap maju, kebiasaan akademik, dan keterampilan studi yang demikian itu tidak banyak tampak pada para mahasiswa Indonesia. Kebanyakan diantara mereka melakukan studi secara santai saja, hanya tampak sibuk menjelang waktu ujian, waktu jam-jam kosong dari pelajaran umumnya duduk-duduk mengobrol diantara teman-teman, dan tidak terlihat gairah membaca buku sebanyak-banyaknya. Dan berusaha menguasai pengetahuan ilmiah seluas mungkin, termasuk keterampilan studi yang baik.
Tugas yang pertama dan utama dari setiap mahasiswa di perguruan tinggi ialah melakukan studi. Menurut pengamatan Walter Pauk, Direktur Pusat Studi dari Universitas Cornen di Amerika Serikat, mahasiswa yang sukses di negara itu menunjukkan empat ciri yang menonjol sebagai berikut:
1. Mahasiswa yang sukses memilih sebuah tujuan pendidikan yang jelas (a clear educational goal)
2. Mahasiswa yang sukses menyadari bahwa tahun-tahun di perguruan tinggi memberikan suatu kesempatan yang khas untuk pertumbuhan yang intelektual.
3. Mahasiswa yang sukses memiliki berbagai keterampilan studi yang baik (good study sills).
4. Mahasiswa yang sukses memiliki kemauan mencapai sukses (the will to succed)
Para mahasiswa Indonesia tidaklah cukup hanya mencapai sukses saja selama studinya di perguruan tinggi, melainkan harus sungguh-sungguh bertekad and berikhtiar agar menjadi mahasiswa yang unggul. Seorang mahasiswa yang unggul ialah mahasiswa yang penuh semangat untuk maju dan penuh gairah melakukan studi, menguasai segenap keterampilan yang baik untuk melakukan studi secara tangkas dan yang setiap hari sungguh-sungguh melakukan studi dengan penuh perhatian untuk menimba pengetahuan ilmiah seluas-luasnya. Jadi, seorang mahasiswa yang unggul menunjukkan tiga ciri pokok yang merupakan keunggulan dalam hal:
1. Semangat : Yakni hasrat studi yang sangat bergairah sehingga dapat melakukan konsentrasi sepenuhnya.
2. Tindakan : Yakni usaha yang nyata setiap hari untuk melakukan studi dengan perencanaan.
3. Keterampilan : Yakni berbagai sistem, metode dan teknik yang baik dalam usaha menuntut ilmu secara tangkas.
Ketiga ciri penting dari mahasiswa yang unggul itu dapatlah kiranya secara singkat dipadatkan menjadi satu asas, yakni budaya studi, kebailkannya ialah budaya bermain-main perguruan tinggi sering dianggap sebagai suatu persiapan untuk menghadapi kehidupan dimasa depan. Tetapi, sesungguhnya sesuatu perguruan tinggi bukanlah semata-mata suatu persiapan untuk hidup, melainkan juga kehidupan itu sendiri. Hal ini ditegaskan pula oleh dua ahli keterampilan studi James Deese dan Ellin Deese yang pada penutup buku mereka menyatakan:
“College Isn’t training for life; it Islam life”. (perguruan tinggi bukanlah latihan untuk kehidupan; ini adalah kehidupan). Oleh karena perguruan tinggi adalah kehidupan itu sendiri, maka masa studi perguruan tinggi dan hidup dikampusnya hendaknya dihayati secara sebaik-baiknya, diperjuangkan dengan penuh semangat dan dijalani secara tekun sehingga kelak seorang mahasiswa dapat keluar dari kehidupan itu sebagai sarjana ayg bermutu. Salah satu langkah untuk menjadi sarjana yang bermutu ialah berusaha memahami dan menguasai seluk-beluk studi berbagai keterampilannya.

B. KETERAMPILAN STUDI UNTUK MENCARI SUKSES
1. Pengertian Studi
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1989 No. 2 tentang sistem pendidikan nasional pasal 16 ayat (1) merumuskan bahwa ”pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian”. Ayat (2) selanjutnya menetapkan bahwa “satuan Pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.”
Ketentuan Undang-Undang tersebut diatas dilaksanakan lebih lanjut dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahun 1990 Nomor 30 tentang pendidikan tinggi. Pasal 2 ayat (1) peraturan memerintah ini merumuskan bahwa tujuan pendidikan tinggi ialah:
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.
b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian sastra mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kehidupan nasional.
Dalam penjelasan umum peraturan pemerintah itu ditegaskan bahwa “perguruan tinggi diharapkan menjadi pusat penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan tinggi serta pemeliharaan, pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan.”
Dari perumusan dan penegasan tersebut diatas kini menjadi jelas apa yang merupakan tujuan pendidikan dari para mahasiswa Indonesia. Para mahasiswa harus siap untuk dididik agar menjadi warga masyarakat yang memiliki kemampuan akademik/profesional untuk menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu, teknologi dan atau kesenian. Masyarakat yang gemar belajar itu tidak lain adalah masyarakat yang memiliki dan melaksanakan budaya studi agar menjadi mahasiswa yang unggul sebagaimana telah dipaparkan dalam Bab ini. Hanya mahasiswa yang unggul kelak dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu untuk memajukan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam peraturan perundangan Republik Indonesia tidak ada ketentuan mengenai apa yang dinamakan studi. Hanya dalam pasal 10 PP 1990 130 dinyatakan bahwa pendidikan tinggi diselenggarakan melalui kuliah. Selanjutnya dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi dapat diadakan seminar, simposium, diskusi panel, lokakarya, praktika dan kegiatan ilmiah lain.
Kini dapatlah dirumuskan bahwa studi ialah segenap kegiatan pemikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang alam semesta, kehidupan masyarakat, perilaku orang, gejala bahasa, atau perkembangan sejarah. Jadi, melakukan studi berarti mengerahkan segenap kemampuan pikiran secara sungguh-sungguh untuk mengejar pengetahuan dan memahaminya mengenai apa saja dalam dunia ini dari alam semesta sampai perkembangan sejarah.
Untuk perbandingan saja, sebuah definisi ialah dari dua ahli keterampilan studi Lester Crow dan Alice merumuskan demikian.
“Study Islam that activity which Islam deliberately pusvet foe the purpose of obtaining information, acquiring greater understanding, orang improving a skill”. (studi ialah kegiatan itu yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu keterampilan).
Hanya dengan cara satu-satunya melalui studi (dan tidak ada cara-cara lainnya) seseorang dapat memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar dan mencapai pemahaman rasional yang absah. Hanya dengan melalui studi yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh barulah ilmu dapat dimengerti, dikuasai dan diterapkan oleh seseorang mahasiswa.
Pengertian studi tidak sama dengan belajar. Belajar merupakan pengertian lebih umum yang mengacu pada sesuatu perubahan dalam perilaku, sikap, pengetahuan atau sesuatu kemampuan apapun. Muhammad Hatta mengupas pula perbedaan penting antara Leren (belajar) dan studeren (melakukan studi) dari sudut sifatnya dan tujuannya. Hal itu dinyatakan demikian.
“Leren”, belajar dilakukan pada sekolah menengah, jalannya ialah mengisi otak dengan berbagai macam pengetahuan, yang diterima dari buku dan guru dengan tiada perintah. Studi ain sifatnya dan tujuannya. Orang yang mengerjakan studi mempelajari sesuatunya untuk mengerti kedudukan masalahnya, mencari pengetahuan tentang sesuatunya di dalam hubungan sebab dan akibatnya, ditinjau dari jurusan yang tertentu dan dengan metode itu pula. Bukan menghafalkan dan menerima saja apa yang dibentangkan orang lain, melainkan memahami dengan pikiran yang kritis. Keterangan diuji benarnya diatas dua macam batu ujian: benarkah logikanya dan sesuaikan ia dengan kenyataan! Kemudian, kenyataan itu sendiri menjadi soal. Selanjutnya dipelajari pula perkembangannya terdapat tentang sesuatu masalah dengan mencari keterangan tentang apa yang menjadi sebab dan dimana letaknya perlainan pendapat itu dari masa ke masa dan ari ahli ke ahli”.
Dari kutipan tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa dari segi sifatnya, belajar adalah menerima saja secara positif dari buku/guru, sedang studi adalah memahami secara aktif dengan pikiran yang kritis. Dari sudut tujuan, belajar bermaksud menghafal sesuatu pengetahuan sebagaimana adanya, sedang studi berusaha mengerti duduk soalnya, mencari pengetahuan tentang sebab-akibatnya, dan mengujinya dengan ukuran kebenaran logika dan sesuai dengan kenyataan. Selanjutnya sepanjang diperlukan studi menelaah pula perkembangan pendapat-pendapat dari para ahli dan dari masa ke masa.
2. Perincian Keterampilan Studi
Dalam melakukan studi ada sistem yang lengkap, metode yang tepat, dan teknik yang berguna. Yang dimaksud dengan sistem telaah suatu kebulatan yang mencakup bagian-bagian dan hubungan-hubungan tertib diantara berbagai bagian itu.
Segenap keterampilan studi di perguruan tinggi untuk tertibnya dapat dibedakan menjadi 4 kelompok yang masing-masing mencakup beberapa macam keterampilan tertentu, yaitu:
I. Ketrampilan pokok
Mencakup: a. keterampilan membaca buku
b. keterampilan menulis karangan
c. keterampilan menggunakan bahasa
II. Ketrampilan akademik
Mencakup: d. keterampilan mengikuti kuliah
e. keterampilan mencatat bacaan
f. keterampilan memakai perpustakaan
g. keterampilan menempuh ujian
III. Keterampilan pendukung
Mencakup: h. ketrampilan melakukan konsentrasi
i. keterampilan menghafalkan pelajaran
j keterampilan mengelola waktu studi
k. keterampilan mengatur diri
IV. keterampilan khusus
Mencakup: l. keterampilan melakukan penelitian
m. keterampilan praktika laboratorium
n. keterampilan studi suatu ilmu khusus
o. keterampilan berpikir kreatif
Rector Columbia Pacific University Ricahar Cews sangat menekankan arti penting keterampilan studi. Dalam salah satu karyanya yang merupakan buku panduan pada universitas itu ditegaskan bahwa para mahasiswa dapat meningkatkan hasil usaha akademik mereka dengan memakai keterampilan studi untuk menunjang kegiatan-kegiatan pengajaran dari dosen. Keterampilan studi adalah penting karena membantu mahasiswa belajar dan memenuhiharapan perguruan tinggi agar mahasiswa menjadi penutur ilmu yang mandiri.
Oleh karena arti penting itu, keterampilan studi mulai diajarkan pada perguruan tinggi di Amerika Serikat pada awal tahun-tahun 1920. pengajaran itu berkembang pesat pada akhir tahun 1960 ketika banyak pelajaran dengan persiapan akademik yang jelek diterima masuk perguruan-perguruan tinggi. Namun, buku-buku tentang keterampilan studi telah ditulis orang dalam abad XIX. Tampaknya karangan pendeta dan lulusan Yale College John Toda berjudul The Student’s manual (buku pegangan mahasiswa) yang terbit pada 1835 merupakan buku tentang keterampialn studi yang pertama. Pada sampelnya menyatakan bahwa buku ini dirancang dengan petunjuk-petunjuk khusus, untuk membantu dalam membentuk dan memperkuat watak intelektual dari moral serta kebiasaan-kebiasaan dari mahasiswa. (design, by specific directions, to ard informing and strengthening the intellectual and moral character and habits of the student).
Dalam permulaan abad XX tambahan 3 buku tentang keterampilan studi, yaitu:
a. Frank M. Mc Murry, How to study and teaching how study, (cara melakukan studi dan mengajar cara studi), 1909.
b. Lida B. Earhart, teaching children to study, (mengajar kanak-kanak melalui sturdi), 1909.
c. George Fillmore Swain, how to study, (cara melakukan studi), 1917.
Dalam buku yang disebut terakhir itu Swain mengemukakan 5 hl pokok dalam melakukan studi, yakni:
a. The proper metal attitude (sikap mental yang tepat ini ialah keberanian mental dan berkeketatan hati untuk memahami pengetahuan)
b. Studying understanding (melakukan studi sampai paham. Ini ialah asas bahwa mahasiswa harus memahami apa yang dibacanya).
c. A proper method of study of system (suatu metode yang tepat ialah sistem).
d. Mental initiative (prakarsa mental: ini berarti bahwa mahasiswa harus memiliki tujuan pasti
e. Proper Habits and methods of work, (kebiasaan-kebiasaan dan metode-metode kerja yang tepat).
Dalam 1941 terbitlah buku Francis P. Robinson berjudul “Diagnostic and Remedial Techniquer for effective Study” dalam edisi 1946 judulnya diperpendek menjadi “Effectif study”. Buku ini mempelopori suatu metode studi yang disebut Survey Q3R Method of studying yang sampai sekarang sangat terkenal dan selalu dikutip dalam berbagai buku meterampilan studi dengan macam-macam variasi. Metode itu merupakan langkah-langkah membaca buku yang terdiri dari survey (menyelidiki), question (bertanya), read (membaca), recite (mendasar) dan review (mengulangi).
Setelah memasuki tahun 1960 sampai sekarang di Amerika Serikat dan Inggris telah terbit ratusan judul buku tentang keterampilan studi. Perusahaan-perusahaan swasta juga berkembang pesat untuk memberikan latihan, penataran, atau kursus dalam macam-macam keterampilan studi kepada masyarakat.
Demikian gambaran singkat tentang perkembangan metodologi studi di manca negara. Betapa pentingnya pengetahuan itu bagi para mahasiswa Indonesia tidak perlu disangsikan lagi. Setiap mahasiswa Indonesia harus berusaha agar ia memiliki, menguasai dan menerapkan keterampilan studi yang baik untuk mencapai sukses sepenuhnya dalam studi. Setiap mahasiswa hendaknya mempergunakan waktu sebanyak 5% sampai 10% dari waktu studinya setiap hari untuk mempelajari metodologi studi. Kalau jalan standar untuk studi mahasiswa rata-rata 8 jam perhari (60 menit x 8= 480 menit), maka 5% - 10% itu berarti hanya 24 menit sampai 48 menit untuk keperluan meningkatkan ketrampilan studi.













BAB II
SIKAP AKADEMIK DAN MINAT STUDI

1. Pengertian Sikap Akademik
Selain oleh berbagai keterampilan studi, sukses sepenuhnya dalam studi di perguruan tinggi juga perlu sekali didukung oleh sikap akademik dalam diri seseorang mahasiswa. Sikap akademik yang berkaitan sangat erat dengan kelompok keterampilan akademik menjadi pula pra syarat bagi sukses studi. Oleh karena itu, para mahasiswa harus pula memahami dan mengembangkan sikap ini sebaik-baiknya dalam diri mereka.
Pengertian sikap (attitude) oleh Gene R. Hawes dan Lynne Salop Hawes dalam kamus pendidikan mereka dirumuskan sebagai:
“A general predisposition or mental set with regard any persons, belief, or other entitles; educational system typically seek to encourage the development of certain attitudes in their students in addition to inculcating knowledge”. (Suatu kecenderungan umum atau kesiagaan mental dalam hubungannya dengan berbagai orang, keyakinan, atau entitas lainnya apapun; sistem-sistem pendidikan secara khas berusaha menganjurkan sikap-sikap tertentu pada murid-murid mereka sebagai tambahan dari menanamkan pengetahuan).
Istilah-istilah akademik sendiri menurut The International Encyclopedia of Higher Education antara lain berarti “Term used to describe programs of study and, usually referring to the theoretical, literacy, classical, or liberal”. (Istilah yang dipakai untuk melukiskan program-program studi dan mata pelajaran, biasanya mengacu pada bidang-bidang teoritis, kesusasteraan, study klasik atau liberal).
Berbagai kesiagaan mental itu bertalian pula dengan pendorongan diri untuk melakukan studi secara mandiri dan semangat keilmuan dalam diri mahasiswa. Pendorongan diri dalam studi adalah ajakan batin dalam diri seseorang mahasiswa yang merangsang sehingga mau melakukan studi tanpa diperintah oleh pihak lain (orang tua) atau ditentukan oleh suatu sistem (peralatan universitas). Studi akan menjadi kegiatan yang menyenangkan dan hasilnya memuaskan kalau seseorang mahasiswa dapat membina daya kemauan secara spontan untuk mengerahkan segenap pikiran dan waktunya guna menjalankan semua tugas studi yang ditentukan dalam sistem perguruan tinggi, yaitu mengikuti kuliah, membaca buku, menulis paper, menggarap soal, menghafal pelajaran, dan menempuh ujian.
Semangat keilmuan sebagai salah satu macam sikap akademik perlu pula diperkembangkan dan dimiliki oleh setiap mahasiswa untuk memupuk ilmu di perguruan tinggi. Semangat ini terdiri atas berbagai kecondongan pikiran yang bertalian dengan pemupukan pengetahuan ilmiah, misalnya kecondongan pikiran untuk membaca buku yang baru terbit atau kecenderungan diri yang bersifat otomatis untuk senantiasa membuka kamus mencari arti kata Inggris yang belum dikenal.
Menurut Michael Martin dalam analisisnya, berbagai kecondongan yang merupakan semangat keilmuan dan penting untuk memperoleh maupun mengembangkan ilmu terdiri atas 6 hal sebagai berikut:
1. Hasrat mengetahui dan memahami
Seorang mahasiswa harus mengembangkan sikap akademik ini yang senantiasa menginginkan pengetahuan dan pemahaman.
2. Kecondongan mempertanyakan tentang semua hal.
3. Kecondongan mencari data dan makna
Ini berarti suatu sikap yang senantiasa mencari hipotesis yang dapat diuji sehingga membuat berbagai data dapat mempunyai sesuatu arti.
4. Kecondongan menuntut suatu pengujian empirik
5. Sikap menghargai logika
6. Kecondongan menelaah pangkal-pangkal pikir dengan memeriksa kebenaran atau kesalahan dari kesimpulan-kesimpulan logis yang diturunkan dari pangkal-pangkal pikir itu.
Terakhir, sikap akademik menyangkut pula kegiatan studi yang harus dilakukan oleh para mahasiswa secara sungguh-sungguh dan minat studi yang perlu dibina sampai taraf yang sebesar mungkin.
2. Arti Penting Minat Studi
Menurut pengertian yang paling dasar, minat berarti sibuk, tertarik atau terlibat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat studi adalah keterlibatan sepenuhnya seorang mahasiswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh perhatian dan mencapai pemahaman tentang bebagai bidang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di perguruan tinggi.
Minat yang besar terhadap pikiran yang sungguh-sungguh untuk menggali keterangan dan mencapai pemahaman tentang segenap cabang ilmu dalam bidang styudinya adalah bagian dari sikap akademik setiap mahasiswa Indonesia. Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-pnelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para mahasiswa menunjukkan bahwa sebabnya ialah kekurangan minat.
Secara lebih terperinci arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi ialah:
a. Minat melahirkan perhatian yang serta merta.
b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
c. Minat mencegah gangguan perhatian dari luar
d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
e. Minat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri.
Menurut John Adams pada saat minat studi dimiliki seorang mahasiswa, pada saat itulah perhatiannya tidak lagi dipaksakan dan beralih menjadi spontan. Semakin besar minat seseorang akan semakin besar derajat spontanitas perhatiannya. Dan studi tekun jangka panjang tidaklah mungkin berlangsung tanpa perhatian spontan, padahal studi spontan yang cukup lama menjadi masyarakat untuk menguasai pelajaran dan memperdalam pemahaman.
Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seorang mahasiswa. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemakaian tenaga kemauan seseorang akan memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu pemusatan pikiran terhadap sesuatu pelajaran. William Amstrong dalam bukunya berjudul “Study Is hard work” (studi adalah kerja berat) bahkan pendapat lebih ekstrim dengan menyatakan bahwa “concentration does not and cannot exist where there Islam insufficient interest.” (konsentrasi tidak ada dan tidak dapat ada bila mana terhadap minat yang tidak memadai).
Seorang mahasiswa mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaranya pada suatu hal lain kalau minat studinya kecil. Dalam hubungan ini Donald Laird menjelaskan demikian:
“Distraction are oftentimes due to year inner attitude rather than to the noises them selves. If one interested, there Islam little danger of being distracted.
You are distracted because you do not want to listen orang do not want to work. Wacth your self when you are angaged in work you like to do, or in talking to friends you like, and you will notice that you are not disturbed”.

(Gangguan-gangguan perhatian sering disebabkan oleh sikap batin anda dari pada karena sumber-sumber gangguan itu sendiri. Kalau seseorang berminat, kecilah bahaya akan ditanggung diganggu perhatiannya.
Anda terganggu perhatian karena anda tidak berniat mendengar atau anda tidak berniat bekerja. Perhatikanlah diri anda bila mana anda sedang sibuk dalam pekerjaan yang anda suka lakukan atau ketika berbicara dengan kawan-kawan yang anda sukai, dan anda akan melihat bahwa anda terganggu).
Bertalian erat dengan komsentrasi terhadap pelajaran ialah daya mengingat daya pelajaran. Pengingatan itu juga hanya mungkin terlaksana kalau mahasiswa berminat terhadap pelajarannya. Sebaliknya, sesuatu bahan pelajaran yang berulang-ulang dihafal mudah terlupakan kalau dipelajari tanpa minat. Dengan demikian, minat studi memiliki peranan mempermudah dan memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
Terakhir, perlu ditegaskan bahwa kebalikan minat ialah kebebasan-kebebasan perhatian, atau bahkan penolakan perhatian, atau bahkan penolakan keterlibatan diri terhadap sesuatu hal. Kejenuhan melakukan suatu hal juga lebih banyak berasal dari dalam diri seseorang dari pada bersumber pada hal-hal diluar dirinya. Oleh karena itu, penghapusan kebosanan dalam studi dari seorang mahasiswa juga hanya bisa terlaksana dengan jalan pertama-tama menumbuhkan minat studi dan kemudian meningkatkan minat itu. Sebesar-besarnya.

















BAB III
LINGKUNGAN STUDI YANG EFEKTIF

A. Ruang Studi Yang Baik
Agar dapat melakukan studi sebaik-baiknya, seorang mahasiswa hendaknya memiliki suatu ruang studi sehingga ia dapat melakukan konsentrasi secara penuh. Hal yang ideal adalah kalau disediakan satu ruangan tersendiri yang khusus dipakai untuk studi dan tidak di campur untuk keperluan-keperluan lainnya. Kalau suatu ruang studi khusus tidak disediakan, maka ruang tidur dapat juga diperlukan untuk keperluan studi sekaligus. Tetapi, ada beberapa persyaratan yang perlu dipindahkan agar ruang tidur itu dapat menjadi tempat studi yang baik. Pertama-tama ialah dipan tidur harus dijauhkan dari meja srtudi. Sebaiknya dipan itu membelakangi meja studi dan tidak tampak di depan mata sehingga tidak menimbulkan bujukan kepada mahasiswa kepada untuk belajar sambil tidur.
Meja studi hendaknya diletakkan disebelah kanan dan agak maju dari jendela kamar sehingga cahaya matahari menyorot kearah kiri belakang. Meja studi tidak boleh diletakkan menghadap jendela karena selain silau oleh cahaya matahari juga mudah terjadi gangguan perhatian oleh hal-hal yang ada diluar jendela.
Kedua, suatu syarat lain untuk ruang studi yang baik ialah penerngana cahaya. Penerangan itu harus tidak berlebiahan dan tidak kurang, melainkan memadai untuk melakukan studi sebaik-baiknya. Cahaya yang berasal dari matahari hendaknya diusahakan agar datang dari arah kiri agak kebelakang. Ini berlaku bagi manusia yang memakai tangan kanan sehingga tangan itu tidak menghalangi cahaya. Sebaliknya, bagi mereka yang terbiasa memakai tangan kiri untuk menulis, dengan sendirinya arah cahaya itu harus diubah, yaitu datang dari arah kanan.
Untuk studi pada malam hari yang harus mempergunakan penerangan lampu listrik, ada 4 kemungkinan penerangan. Prof. George Dudyeha dalam bukunya learn more less Effort (belajar lebih banyak dengan usaha yang lebih dengan usaha yang lebih sedikit) menerangkan bahwa penerangan dari cahaya lampu dapat dibedakan menjadi 4 macam, yakni:
1. Penerangan tak langsung (indirect lighting)
Penerangan ini terjadi dari cahaya yang dipantulkan dari langit-langit dan dinding kamar Studi, sedang sumber cahaya nya itu sendiri tidak terlihat.
2. Penerangan setengah tak langsung (semi-indirect lighting)
Peranan ini untuk sebagian datang dari pemantulan cahaya seperti pada penerangan tak langsung tersebut diatas dan untuk sebagian dari cahaya yang langsung memancar dari lampu dengan melewati selubung kaca yang berwarna putih susu.
3. Penerangan setengah langsung (semi-indirect lighting)
Penerangan ini terjadi dari cahaya lampu yang memancar ke segenap jurusan dengan melewati selubung kaca yang berwarna putih susu.
4. Penerangan langsung (direct Lighting).
Penerangan ini memancarkan langsung dari lampu ke permukaan buku tanpa melewati apa-apa.
Penerangan yang terbaik untuk kamar studi ialah keterangan tak langsung. Kemudian berturut-turut yang derajatnya lebih rendah ialah penerangan setengah tak langsung, penerangan setengah langsung dan penerangan langsung sebagai penerangan yang mutunya terbawah. Untuk kamar studi di malam hari dianjurkan pemakaian penerangan tak langsung karena cahaya pemantulannya terbesar semua jurusan sehingga jurusannya sehingga sifatnya merata dan tidak menimbulkan bayangan.
Menurut George Dudyeha, penerangan yang terbaik untuk tempat studi ialah penerangan tidak langsung untuk menerangi seluruh kamar, sedang diatas meja dipakai lampu yang memberi penerangan setengah tak langsung. Lampu meja itu hendaknya diselubungi dengan kap lampu sehingga cahayanya tidak menyorot ke mata mahasiswa. Seluruh kamar studi perlu diberi penerangan tak langsung agar tidak ada perbedaan yang mencolok dalam cahaya antara permukaan meja studi dengan bagian-bagian lainnya dari kamar itu.
Mengenai besarnya lampu yang perlu dipasang, lampu meja 40 watt sampai 60 watt sudah sangat terang untuk melakukan studi. Lampu diatas yang memancarkan penerangan tak langsung dapat kiranya memakai 75 watt sampai 100 watt. Setiap mahasiswa hendaknya berapa besarnya lampu yang perlu dipakainya, karena masing-masing mahasiswa berbeda kemampuan matanya dalam menangkap cahaya.
Permukaan meja studi hendaknya tidak dipelitur mengkilat, diberi vernis sampai berkaca-kaca atau dilapisi lembaran kaca jernih karena akan menimbulkan kesilauan. Kalau lembaran kaca itu dimaksudkan untuk menindih berbagai catatan agar setiap saat terlihat dan teringat, sebaiknya hal ini dilakukan pada lembaran karton yang dipasang di dalam meja studi.
Selanjutnya, meja studi hendaknya bersih dari segala benda apapun yang tidak berkaitan dengan studi, misalnya surat kabar, majalah hiburan, dan foto pacar. Pakaian bersih dari berbagai keperluan berdandan lainnya semuanya dimasukkan ke dalam lemari. Untuk berbagai buku pelajaran dan buku acuan seperti ensiklopedi da kamus yang tidak sedang dipakai sebaiknya disediakan rak buku dan ditaruh disisi kiri dari meja belajar sehingga mudah dijangkau. Kalau semua buku ditaruh diatas meja studi, hal ini akan menyempitkan tempat untuk keperluan studi. Seorang mahasiswa hendaknya mengusahakan agar meja studinya bersih dan terasa luas sehingga pikirannya terasa lapang dan dapat berpikir secara jernih sewaktu studi.
Persyaratan terakhir yang perlu diperhatikan dalam ruang studi yang baik ialah peredaran udara. Kamar studi hendaknya diusahakan agar memiliki peredaran udara yang lancar, yaitu bisa keluar dan masuk dari dua arah. Kamar studi yang pengap tanpa peredaran udara atau peredaran udaranya kecil akan membuat seorang mahasiswa mengantuk dengan akibat tidak dapat melakukan studi sebaik-baiknya. Sebaliknya, peredaran udara yang baik dan lancar menjamin terjadinya zat asam yang banyak dalam kamar studi. Zat asam itu merupakan otak yang utama sehingga pikiran dapat bekerja secara baik.
5. Perabotan Studi Yang Tepat
Setelah studi perlu ditata secara baik, hal berikutnya yang perlu diperhatikan ialah perabotan studi, yaitu meja studi, kursi belajar, dan lemari buku serta kemungkinan perabot meubel lainnya yang diperlukan untuk studi khusus, misalnya meja gambar. Meja studi untuk dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada mahasiswa hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Meja itu tidak ditutup seluruhnya dari permukaan sampai lantai. Suatu meja studi hendaknya mempunyai kaki dan bagian bawahnya terbuka sehingga memungkinkan peredaran udara dan bagian kaki mahasiswa tidak terasa gerah.
b. Permukaan meja hendaknya rata dan tidak berwarna gelap atau berkilat-kilat. Pelitur hitam atau gelap mengakibatkan pertentangan yang tajam diantara permukaan meja dengan warna putih pagina buku yang dibaca sehingga mudah melelahkan mata.
c. Luas meja studi tidak perlu berlebihan. Meja berukuran 100 cm (panjang) kali 70 cm (lebar) kiranya sudah cukup untuk belajar secara memuaskan.
d. Tinggi meja studi hendaknya disesuaikan dengan tinggi badan mahasiswa yang memakainya biasanya tinggi meja itu berkisar antara 70 sampai 75 cm .
Bentuk meja studi ada macam-macam coraknya, dari yang sederhana tanpa laci sampai meja dengan laci (satu atau dua), dan meja studi yang khusus permukaannya dapat di lipat. Sesuai dengan kemampuan keuangannya, setiap mahasiswa harus memilih dan memiliki satu meja studi sendiri yang cocok dipakainya untuk studi. Setelah meja studi, perabot berikutnya yang harus dilengkapi ialah kursi belajar. Kursi ini hendaknya tidak memiliki tangan pada kedua sisinya sehingga mahasiswa dapat menduduki kursi itu secara leluasa. Selanjutnya kursi itu hendaknya tidak terlampau keras tetapi juga tidak terlampau empuk seperti kasur.
Michael Guinery dalam bukunya “How to Study” (cara belajar) mengemukakan persyaratan sebuah kursi yang baik untuk melakukan studi sebagai berikut:

“Choose, if you can, a chair which fully supports your back in an upright position. Chairs which are too comfortable and relaxing are conditive to sleep rather than work. Make quite certain that the chair does not cause tiredness or discomfort as this alone can destroy your concentration. When selecting the best chair for the job, sit in it for some minutes to test whether or not it support your back properly and whether it is comfortable without being relaxing. Check that it allows you shift position easily as this will be important when sitting for long periods. Finally, ensure that seats you at a convenient height in relation to your working table. A chair which is to high will force you to learn forward uncomfortably for writing; one which is too low will stop your from resting your arms conveniently on the table top when reading books”

(Pilihlah kalau anda bisa, sebuah kursi yang sepenuhnya menyangga punggung anda dalam suatu kedudukan yang tegak. Kursi-kuris yang terlampau nyaman dan santai mendorong tidur dari pada bekerja. Tentulah secara amat pasti bahwa kursi itu tidak menyebabkan kelelahan atau ketidaknyamanan karena ini saja dapat membuyarkan konsentrasi anda. Ketika memilih kursi yang terbaik untuk bekerja, duduklah pada kursi itu untuk menguji apakah kursi itu menyangga punggung anda secara tepat atau tidak dan apakah kursi itu nyaman tanpa membuat santai. Periksalah bahwa kursi itu memungkinkan anda merubah kedudukan secara mudah karena hal itu akan penting bila duduk untuk waktu lama. Terakhir, pastikanlah bahwa kursi itu mendudukkan anda pada suatu ketinggian yang leluasa dalam hubungannya dengan meja kerja anda. Sebuah kursi yang terlampau tinggi akan memaksa anda untuk membungkuk ke depan meletakkan lengan-lengan anda secara leluasa diatas permukaan meja ketika membaca).

Setiap mahasiswa selama studinya di perguruan tinggi perlu sekali menghimpun dan memiliki sendiri buku-buku pelajaran, majalah-majalah ilmiah dan bahan-bahan referensi sesuai dengan kemampuan keuangannya. Segenap bacaan itu hendaknya disimpan dalam rak buku kecil disisi kiri meja studinya atau diatasnya dengan menempel pada tembok. Kalau jumlah bacaan itu sudah terlalu banyak, sebaiknya disimpan dalam lemari buku yang memakai kaca pintu.
6. Perlengkapan Studi Yang Efisien
Setelah ruang studi yang baik-baik dan perabotan studi yang tepat, tinggal lah kini memperhatikan faktor kebendaan yang terakhir berupa perlengkapan studi. Segenap perlengkapan studi harus efisien, yaitu membantu tercapainya pandangan terbaik antara usaha studi dengan hasil studi. Untuk keperluan mengikuti kuliah, para mahasiswa bisa menggunakan gambaran-gambaran kertas lepas dengan ukuran tertentu dan dibawa dalam map plastik yang memakai perlubangan atau perangkat jepitan. Lembaran-lembaran kertas itu disebut lembar catatan studi (disingkat Lemcas), sedang map plastiknya disebut berkas catatan studi (disingkat Bercaf).
Untuk membuat catatan-catatan dari buku pelajaran dan bahan bacaan lainnya, para mahasiswa Indonesia kini masih terbiasa buku notes ukuran besar atau kecil. Buku notes juga kecil manfaatnya dan banyak kelemahannya. Oleh karena itu, buku notes perlu diganti dengan helai-helai kartu dari karton putih dan disimpan dalam dos dengan ukuran yang sesuai. Helai-helai kartu itu disebut catatan studi (disingkat Karcas), sedangkan dosnya disebut dos karcas.
Setiap mahasiswa tentu memiliki berbagai dokumen pribadi yang sangat penting dan sebaliknya disimpan secara awet dan apik, misalnya akte kelahiran, ijazah sekolah dasar dan menengah (pertama dan atas), piagam penataran, dan suatu surat keputusan. Tempat penyimpanan yang terbaik ialah terbuat dari plastik, mempunyai kantong-kantong sehingga tiap dokumen masuk ke dalam kantong, ada lembar indeksnya untuk mencatat semua dokumen yang disimpan, dan dapat ditutup rapat dengan kancing cepret atau lajur rit. Tempat penyimpanan yang demikian itu disebut berkas dokumen pribadi (disingkat Perdop).
Selain perlengkapan studi diatas, masih ada sejumlah perlengkapan studi yang lainnya yang mendukung efektifitas berbagai sistem, metode dan teknik studi. Perlengkapan studi itu umumnya sederhana saja dalam wujudnya maupun pemakaiannya. Tetapi manfaat untuk kemajuan studi seorang mahasiswa sering kali mengherankan. Pertama-tama perlu disebut sekat buku, yaitu suatu lajur karton tipis untuk tanda batas pagina di kala seorang mahasiswa berhenti membaca dan lalu menutup buku pelajaranmya. Segenap manfaat sekat buku dapatlah di rinci sebagai berikut:
a. Memberi tanda batas pagina ketika seorang mahasiswa mengakhiri kegiatan membaca buku.
b. Memperlancar pembacaan berikutnya karena mahasiswa seketika dapat menemukan pagina dan alenia tempat ia berhenti membaca pendahuluan.
c. Menjadi lembar untuk mencatat penunjukan silang nomor-nomor pagina dari berbagai uraian yang penting dalam buku.
d. Membiasakan seorang mahasiswa bekerja secara tertib, yakni tidak acak-acakan asal membuka/menutup buku kemudian kehilangan jejak uraian atau jalur gagasan dari buku yang dibacanya.
e. Sebagai semacam barometer kemajuan baca kalau sekat buku dari hari ke hari berpindah ke arah belakang dalam buku tebal yang tengah dibaca seorang mahasiswa.
Disamping peralatan tulis menulis seperti bolpen, vulpen dan pensil hitam berikut karet penghapus untuk membuat catatan-catatan dalam ruang kuliah atau kamar studi. Suatu alat tulis lain yang sangat membantu dalam meningkatkan efektifitas membaca buku ialah potlot gabungan warna merah dan biru berikut garis plastik tipis berukuran 15cm. bagi buku milik sendiri, teknik yang terbaik untuk menguasai isinya ialah membaca sambil menggaris bawahi kalimat, frase, dan istilah yang dianggap penting. Potlot warna biru dipergunakan untuk menggaris bawahi suatu definisi atau sumber judul bacaan yang disebut dalam buku.
Garis bawah saja biasanya belum memadai untuk mencerna isi buku sepenuhnya. Oleh karena itu, sewaktu membaca buku seorang mahasiswa sering kali perlu juga membuat catatan pribadi ditepi pagina buku memiliki sendiri. Agar dapat membaca secara tangkas berbagai buku pelajaran, seorang mahasiswa perlu memiliki buku-buku acuan seperti kamus bahasa, kamus istilah, dan ensiklopedi. Setiap mahasiswa harus membiasakan diri serta merta memanfaatkan kamus-kamus sewaktu menjumpai kata dan istilah yang tidak diketahui artinya atau kurang dipahami nuansanya.
Buku acuan yang lengkap sekali hurufnya kecil. Demikian pula diagram atau grafik dalam buku pelajaran kadang-kadang tersusun cukup rumit sehingga untuk menangkapnya diperlukan pandangan yang teliti dan konsentrasi yang besar. Guna meringankan penglihatan, sangat bermanfaat kalau mahasiswa memiliki kaca pembesar (magnifying glass) yang berukuran 9-12 cm garis tengahnya. Alat pelengkap ini, selain memudahkan penglihatan terhadap baris kata atau gambar grafik yang rumit, sesungguhnya juga dapat menjadi semacam sarana psikologis untuk memperbesar perhatian dan mempertinggi konsentrasi terhadap bahan pelajaran sehingga hasil studi pun lebih mendalam.
Sebuah perlengkapan studi lainnya yang amat besar manfaatnya ialah buku agenda. Buku agenda itu sangat berguna untuk mencatat setiap hari kegiatan studi mahasiswa, buku yang dibaca, pengetahuan yang tertentu yang dikuasai, gagasan pribadi yang muncul, dan aneka peristiwa yang berkaitan dengan studi maupun pengalaman hidup yang mengesankan. Catatan di dalamnya tidak usah panjang lebar, melainkan cukup 2-3 kalimat. Misalnya, “hari ini selesai membaca buku terjemahan Douglas Me Gregos, The Human Side of Enterprise. Teori ‘X’ dan teori ‘Y’ yang dikemukakan penting untuk mengembangkan teknik-teknik pengawasan terhadap pegawai.
Betapa pentingnya dan bermanfaatnya buku catatan harian. Manfaat Y banyak sekali baik sewaktu proses penulisannya maupun hasil penulisannya pada saat ini dan lebih-lebih diwaktu mendatang setelah lewat beberapa tahun. Dengan buku agenda ini seorang mahasiswa dapat mengenang secara jelas masa lampau, menghayati secara penuh masa kini, dan mengarah secara tertibs masa depan dari kehidupan intelektual dan pengalaman pribadi.
Sebagai rangkuman, segenap perlengkapan studi yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa dapat di daftar dibawah ini:

a. berkas catatan studi (bercas)
b. berkas dokumen pribadi (berdop)
c. bolpen/vulpen
d. buku acuan (kamus, ensiklopedi)
e. buku agenda
f. buku memo kecil
g. dos karcas
h. kaca pembesar
i. karet penghapus
j. kartu catatan studi (karcas)
k. lembaran catatan studi (lemcas)
l. penajam potlot
m. pensil
n. potlot merah biru (gabungan)
o. sandaran buku
p. sekat buku
Itulah perlengkapan studi biasa yang sekurang-kurangnya harus dimiliki oleh setiap mahasiswa indonesia untuk dapat melakukan studi secara baik.


BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari perumusan dan penegasan diatas, menjadi jelas apa yang menjadi tujuan pendidikan dari para mahasiswa indonesia. Mahasiswa harus siap menjadi peserta didik dan warga masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional untuk menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu teknologi dan kesenian. Dan dari penjelasan diatas dapatlah disimpulkan bahwa dari segi sifatnya, belajar adalah menerima saja secara pasif dari buku atau guru, sedang studi adalah memahami secara aktif dengan pikiran yang kritis. Dari sudut tujuannya, belajar bermaksud menghafal sesuatu pengetahuan sebagai mana adanya, sedang studi berusaha mengetahui duduk soalnya, mencari pengetahuan tentang sebab akibat, dan mengujinya dengan ukuran kebenaran logika dan kesesuaian pada kenyataan. Selanjutnya sepanjang diperlukan studi menelaah pula perkembangan pendapat-pendapatnya dari para ahli dan dari masa ke masa.
B. PENUTUP
Demikianlah makalah ini yang kami buat, kritik dan saran sangat penulis harapkan dalam pembentukan-pembentukan dan pembentukan makalah selanjutnya. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga apa yang penulis tulis ini, dapat dijadikan bahan pertimbangan.








PENDAHULUAN

Belajar yang efisien adalah cara yang harus kita gunakan agar pelajaran yang telah disampaikan oleh pembimbing tidak hilang dari pikiran kita. Disini kita juga harus dapat membagi waktu belajar dengan kegiatan lainnya. Cara belajar yang efisien juga harus didukung dengan adanya keterampilan melakukan konsentrasi, keterampilan menghafal pelajaran, dan keterampilan berfikir kreatif. Kini kita harus menyadari sepenuhnya bahwa ada perbedaan penting antara belajar dan melakukan studi. Selanjutnya studi dan hasil studi masing-masing mencakup 3 ragam. Demikian pula, keterampilan studi dapat dibedakan menjadi 4 kelompok yang setiap kelompoknya meliputi beberapa macam keterampilan.
Keterampilan studi yang baik merupakan salah satu kunci untuk seorang mahsiswa lulus dari perguruan tinggi dan menjadi sarjana yang bermutu. Memang, ada mahasiswa yang melakukan studi tanpa sistem, metode dan teknik yang baik dan dia dapat lulus dari perguruan tinggi. Tetapi, dia mungkin tidak menyadari bahwa andai kata dia melakukan studi dengan berbagai keterampilan yang baik, dia pasti lulus dengan nilai yang lebih tinggi dan benar-benar menjadi sarjana yang bermutu. Kehilangan kemampuan yang lebih tinggi inilah yang menjadi taruhan dari studi dengan tanpa memakai keterampilan yang baik. Untuk memahami dan menguasai keterampilan studi yang baik memang diperlukan usaha dan ketekunan, karena tidak ada jalan lapang atau lorong pintas untuk memiliki suatu kemampuan yang bermanfaat.









DAFTAR PUSTAKA
Gie, The Liang, Cara Belajar yang Efisien, Pusat Belajar Ilmu Berguna, Yogyakarta, 1994

0 Response to "Belajar Efektif"

Posting Komentar